Langsung ke konten utama

ILMU KROSCEK

Berhati-hati ketika membahas dalil, apalagi masuk ke Hukum.

Apapun itu dalil agama ataupun dunia. Banyak dari kita ketika tidak tau tentang apa yg sedang dibahas, kemudian memfundamental kan "Wajar, pendapat ulama beda2", "Sejarahnya kan beda2", dan "Emang ada banyak hadist nya sih"

Kalau boleh tanya balik, "Serius, emang antum udah ngecek ?", "Yakin ada perselisihan ulama atau ada Hadist nya disitu ? ", "Bisa jadi ga ada gimana?"

Tentu ini attention untuk saya dan kawan2 sekalian.

Kalau ngomong pun harus berdasarkan hasil pencarian, data. Bukan semata2 hanya ingin menunjukkan bahwa kita tau, tapi coba di kroscek lagi.

Karna lisan ini akan ada pertanggung jawaban nya, dan kalau ada yg nanya tapi kita belum tau. Bilang. "Maaf saya belum tau". Kata2 ini bukan AIB bagi para penuntut ilmu.

Jangan sampai hanya karna ingin menunjukan diri ini berilmu, kemudian kita melalaikan data yg kita omongkan / tidak kroscek kembali, apalagi "Syubhat" (masih ada perselisihan). Menghukumi seenaknya.

Semoga Allah menjaga kita dari kelalaian ini

Aamiin.

Allahualam bissawab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"REZEKI ALLAH YG NGATUR, SERIUS?"

"Rezki gue segini ya segini aja, 2 jt ya dua juta aja, atau gue gak kerja ya karna belum dateng rezki..." - Kalimat2 ini seolah mengotakkan kemahakuasaan-Nya sang pencipta, Jadinya.. sebagian orang menggunakan dalih ini supaya mereka tdk giat bekerja atau mencari penghasilan lebih untuk kebutuhannya. kesannya seperti "Menggantungkan Diri" terhadap suatu waktu (menunggu rezki nomplok), pekerjaan, dan seseorang (ngarep) seolah hanya dari salah satu itu penyebab datang rezki Nya - "Loh, kan rezki Allah yg ngatur mas..?" - Ya betul, rezki memang Dia yg atur. Tapii... siapa yg tau gimana Dia ngaturnya? Jadi pertanyaannya kamu yg ngatur atau Allah yg ngatur? Kok bisa banget ngotak2in, seolah sudah diatur tok - Bisa jadi ... Dia ngatur nentuin penghasilan kita 10jt , 100jt, 1M perbulan siapa yg tau? - Tugas kita ikhtiar...tetep positve thinking sama Allah, setuju? - - Nb : nggak ada maksud mengajak supaya cinta dunia, sekulerism. Tapi tetep kita harus imbang a

"DOA JANGAN TANGGUNG2"

Tulisan panjang, untuk santai, ada hikmah nya. InsyaAllah. Baca aja dulu.. . . . Inget dulu, waktu pertama kali masuk sekolah menengah kejuruan... . Disambut dg spanduk berisi foto2 para siswa yg berprestasi, terpampang jelas di pintu gerbang sekolah . Mulai vibrasi dalam hati berdoa, "Ya Allah, semoga hamba bisa seperti dia, dipajang fotonya, berprestasi, terkenal dan banggain orang tua" yaa masih duniawi banget lah hee . Mulai hari demi hari, bulan ke bulan, tahun berjalan . Saya belajar, mencari polanya, tanya2 ke yg pengalaman, berguru, Ikut lomba kalah lagi kalah lagi, belajar dilab komputer kala waktu temen2 yg lain istirahat, shalat dhuha tahajud dikencengin, dan doa terus.. . Dengan yakin, Allah pasti ngabulin.. . Sesampainya saya kelas 3, ikhtiar terus . Guru saya bu @juriyaya menawarkan supaya saya ikut lomba bergengsi anak smk yaitu LKS (Lomba Kompetensi Siswa), saya pun terima tawarannya . Singkat cerita.. Lomba pun tiba, saya melakukan sem

"SUDAH UMUR 20AN"

Sadar akan penuaan Harus semakin terbuka dengan masukan dan kritikan pembangunan Bukan melawan arung jeram (menutup diri dari keilmuan) Kumpul dengan lintas lingkungan Agar terbuka cakrawala wawasan Memang berbeda zona nya Tapi itu yg membuat kita dewasa Mulai memilah mana yg baik dan buruk Perkumpulan sehat atau bobrok yg harus ditinggalkan Bukan masalah menjadi pemilih Tapi pertemanan yg berkualitas itu membuat kita "naik kelas" Sesuai dengan tujuan kapal (diri) ini berlabuh Ketika saat nya tiba Kita mendapatkan "Golden Moments" yg diinginkan... *InsyaAllah.. ---- ---- ---- Yang belum kerja, belum nikah, belum usaha, atau keinginan lainnya. Kejar segera, karna waktu kita terbatas. Nggak perlu nunggu ijazah S1, nggak perlu takut ditolak, nggak perlu takut bangkrut (toh kamu udah bangkrut). Seenggaknya kamu udah mencoba "hal positif" Pengalaman ini yg mahal... Belum dapat? Cari lagi sampai dapat. Keep fight! -Moulvi Muhammad Razi With CEO Baba Rafi m